Pembaca Budiman

Selasa, 22 September 2020

Tentang Keegoisan yang mulai mengalah (latepost)

sebelumnya, ini postingan lama dari oktober 2015, ketika saya masih anak gadis dan status cuma mahasiswa biasa.. baru nemu sih, ternyata terpending jadi draft di blog, setelah dibaca dan sepertinya bagus, bolehlah kamu diposting. sekaligus menandai saya kembali ke dunia perblogspotan hihihi..

Assalamualaikum wr. wb

long time no post again.. uremmaniaa..
Sekian lama vakum dari blog ini akhirnya kembali menulis juga. saya butuh bercerita. akhirnya, ternyata blog inilah yang jadi pelarian.. hehe maafkan aku

Oktober 2015.
Kembali pada bulan penuh trauma yang sepertinya akan butuh waktu lama untuk kembali biasa saja dengan bulan oktober. rasanya baru kemarin saya menulis sambil menangis di awal-awal perjalanan kuliah. bagaimana haru selalu medatangi setiap kali mengingat lagi masa-masa yang tidak kelam tetapi menguras air mata. 

sekarang ? saya akhirnya sudah melewati wisuda diploma III. wisuda yang saya tunggu sejak hari pertama jadi mahasiswa. impian yang saya tulis besar-besar di salah satu lembaran buku catatan kuliah yang sampai sekarang masih terjaga meskipun sudah mulai usang. impian yang akhirnya terwujud dengan susah payah.

lantas ? saya baru mengerti tentang siklus sebuah perasaan yang dinamakan "impian". dia hanya sebuah kata tetapi kehadirannya di dalam hatimu akan membuat jiwa yang mati hidup kembali. dia yang akan membangunkanmu dari tidur panjang yang begitu sulit membuatmu bangun. dia yang akan seperti seorang teman yang siap menyeka air matamu ketika kau bersedih,. begitulah, impian kukenali dalam hidupku. 

impian begitu baik. sangat baik menemani jiwa-jiwa yang kesepian. tetapi ada satu hal yang tidak kusadari dalam berteman dengan impian. dia tumbuh egois tanpa bisa kau kendalikan. EGOIS. SANGAT EGOIS.

4 Tahun yang lalu, impianku hanya satu. lulus dari kampus dengan predikat cum laude tepat waktu. and then? itu terwujud. lantas apakah dia berhenti disitu? Jawabannya tidak. Impian yang menjadi kenyataan justru menjadi sebuah bahan bakar untuk tumbuh lebih egois. ingin lebih banyak, maju lebih depan dari apa yang sudah kucapai. aku tak mau hanya jadi lulusan diploma III. aku mau jadi Sarjana, aku mau jadi master kalo perlu aku mau jadi doktor. aku suka belajar dan aku menemukan tempat dimana aku merasa penting dan dibutuhkan orang-orang.

tapi, bagaimana dengan ayah ibu? apa impian mereka padaku sebenarnya?

dan aku bukan lagi gadis kecil yang dulu begitu keras pada impiannya sendiri. terkadang kulihat ibu dan ayahku dan abru tersadar mereka sudah mulai renta. rambut putih ayah yang dulu susah payah kudapatkan untuk dicabut karena disogok 500 perak per rambut putih kini sudah memenuhi kepalanya. mama yang dulu kuat tak terpatahkan sekarang mulai sering lelah, mulai tak seimbang diatas kakinya berdiri. dan aku? tidakkah rasanya egois jika hanya berfikir tentang impianku sendiri? 

haruskah kutuntaskan satu impian ini lalu menoleh pada impian orang tuaku sebenarnya? menikah? aku mau menikah, tapi belum bertemu seseorang yang membuatku yakin untuk melangkah, kecuali orang yang pernah dengan kekuatan cinta (ya ampun hahaha) kurajutkan syal agar bisa ia pakai ketika kelak ia berangkat ke jepang (aku mencintaina dengan caraku, dengan mendukung apa yang ia impikan, keren kan?) ah sudahlah, sepertinya dia bukan jodohku hehehe.. setelah menyerah tentang apa yang kurasakan padanya, kita malah ketemu jadi dosen dan mahasiswa di kelas yang akupun tak pernah membayangkan. hahaha..

jadi? sudahkah saatnya mula mengalah dan menjadi anak yang patuh?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar