Pembaca Budiman

Senin, 14 April 2014

Impian itu...

Assalamualaikum... pagi bloggers. Ohayou gozaimasu. Hehehe

Pagi yang suntuk buat saya. Hummm Iya suntuk. Perut nyeri tapi diomeli soal siku. Huffft...

Impian. Yah,judul postingan kali ini impian. Mungkin di post sebelumnya juga pernah bahas impian. Tapi kali ini,saya mau bicara lebih banyak tentang impian. Terutama mungkin buat adik-adik yang sekarang lagi UN. Udah punya impian setelah lulus mau kemana? Oke,lets talk about it from the deepest heart #eh

Impian. Kamu punya impian? Cita-cita? Tujuan? Harapan?

Kata orang,manusia yang gak punya impian itu seperti mayat hidup. Gak punya tujuan. Hmm

Waktu masih SMA,saya pernah berpikir orang yang bilang seperti itu bullshit. Kenapa? Saat itu saya berpikir "memangnya kalau saya punya impian, saya akan hidup lebih baik? Saya bisa keluar dari lingkaran hidup yang selama ini membuat saya frustasi? Memangnya orang yang kelak bertanya dan mendengar impian saya bakal berbuat sesuatu ketika kelak saya jatuh dalam perjalanan mengejar impian itu?" Entahlah. Pasti tidak...

Saat itu saya yang masih dipenuhi kepesimisan tingkat dewa juga selalu berpikir, saya gak mau hidup dan mimpi muluk-muluk kalau toh ujungnya saya gak akan dapat izin dari mama untuk mengejar sesuatu yang orang sebut impian...

Saya bahkan sempat sensi saat sekolah membagikan kertas biodata calon alumni menjelang UN beberapa tahun yang lalu. Di salah satu formnya ada form cita-cita. 

Apa cita-cita saya? Teman-teman yang lain sudah sibuk mengisi bagian tersebut sesuai dengan jurusan yang sedang mereka tembak diprogram SNMPTN undangan. Yah,program masuk universitas negeri favorit tanpa harus ikut tes. Saya juga ikut itu dengan harapan bisa membuat mama luluh dan membolehkan kuliah waktu itu. Jurusan yang saya pilih umum. Administrasi negara dan ekonomi. *jauh melenceng dari jurusan IPA dimana teman yang lain sibuk memilih kedokteran,FKM atau farmasi.* who's care?

Kembali ke form. Saya berpikir sebentar. Mau jadi apa ade? Pernah punya pikiran jadi dokter. Saya gak takut darah,suka bedah membedah,apalagi Kalau disuruh hapal menghapal dan belajar keras. Insya Allah saya suka dan sanggup. Tapi berpikir lagi. Kuliah kedokteran mahalnya minta ampun. Uang dari mana? Program bidik misi? Aah. Program itu butuh dewi fortuna untuk orang-orang seperti saya yang gak punya relasi di bidang pendidikan. *kita semua tahu,terlalu banyak manipulasi dalam program-program seperti itu di beberapa tempat. Banyak nilai-nilai yang tiba-tiba berubah demi meloloskan siswa di program masuk universitas*

Dokter dicoret ! Beralih ke target kedua. Farmasi. Meskipun saya sering tidur di kelas kimia,bukan berarti saya bodoh di bidang bahan-bahan kimia. Pernah punya pacar anak keperawatan,lumayan kasih ilmu tentang dunia farmasi. Dan saya suka itu. Tapi lagi-lagi setelah cek percek,biaya kembali jadi hadangan. *halangan yang semestinya saya tantang lebih keras waktu itu. Tapi yah,beberapa tahun yang lalu saya cuma anak kecil yang gundah melihat pintu masa dewasa mulai terbuka.*

Berpikir kembali. Sampai di pilihan terakhir. Komputer. Yuhuu. Saya suka dunia IT. Mungkin bekal dari pengalaman kerja di warnet jadi operator. Jadi sering utak-atik komputer. Sampai mulai menumbuhkan perasaan jatuh cinta sama IT. Iya,komputer. Akhirnya tekad bulat juga untuk sekedar mengisi bagian cita-cita. Berhubung waktu itu saya belum tahu apa bidang kerja dunia IT,yang ada di kepala saya cuma Web Master. Fix. Saya tulis itu di bagian cita-cita... berharap itulah yang kelak saya dapatkan...

Saat itu saya benar-benar muak dengan pertanyaan impian. Kenapa orang harus bertanya kalau mereka tak punya kans membantu. Di kepala saya yang ada saya hanya mau jadi orang sukses gak peduli caranya apa. 

Sesuatu yang sedikit saya sesali karena terlambat mengenal semangat hehehe...

Takdir menunjukkan jalannya. Yups,akhirnya setelah menangis berhari-hari dan keras kepala dan emm apalagi ya. Akhirnya bisa kuliah di salah satu Kampus IT*postingan hujan di minggu kedua february*. Dengan jurusan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan. Yahh itulah takdir. Dan Allah menunjukkan tempat yang akhirnya menempa saya mewujudkan cita-cita yang beberapa tahun lalu saya tulis di biodata calon alumni. Meskipun belum sepenuhnya terwujud.

Di sanalah,tempat aku berdiri eh salah. Disanalah,saya bertemu dengan orang-orang yang mengajarkan semangat dan Perjuangan tak kenal lelah. Jangan pernah menyerah.

Mulai dari shavry yang jago robotika *mahasiswa mandiri yang sekarang lagi typus. Cepat sembuh kakak pii* , Gifa yang penuh semangat dengan impiannya *terima kasih untuk semangat yang tanpa sadar sampai ke jiwa ini kaka gifa hehe* atau kakak bewa yang paling cakep #eh bukan bukan,beliau itu dosen yang menginspirasi. Dia pernah bilang nda ada yang sia-sia saat kita belajar. Yuhuuu right. Belajar dari kesalahan,percaya pada diri sendiri dan berusaha mencapai apa yang kita inginkan tanpa ada katanya menyerah. Berdoa dan bekerja. Itu motto yang ditulis kakak bewa di skripsinya yang sejak semester dua saya copy paste di ingatan. *sekarang beliau jadi pembimbing skripsiku hehehe*

Dan yang terpenting,untuk bertemu dengan orang-orang pesimis yang akhirnya menunjukkan saya betapa nikmatnya semangat. Dari mereka saya belajar,pesimis tak ada baiknya. 

Duh,kenapa jadi terjebak nostalgia. Hehehe

Kembali ke topik. Impian. Yaps, perjalanan akhirnya mengajarkan saya satu hal yang sangat krusial sekarang. Kenapa kita takut bermimpi besar? Takut orang tertawa dengan mimpi kita? Tidak usah pedulikan. Einstein juga disebut orang gila awalnya. Takut impian itu tidak terwujud dan akhirnya kecewa? Nah ! Disinilah point pentingnya. 

Bermimpilah setinggi langit dan kejar impian itu setinggi yang kau bisa. Kalaupun jatuh,setidaknya kita sudah ada ditempat yang tinggi.

Benar? Pastilah. Wong itu prinsip saya hehehe... tapi memang begitulah seharusnya. Dulu saya takut bermimpi terlalu tinggi karena takut kecewa. Apalagi mimpi saya yang lebih banyak di ranah pendidikan dengan latar pendidikan keluarga yang jauh di bawah standar. Kadang harus susah menjelaskan apa itu IPK. Kadang harus cemburu dengan teman yang punya IPK pas-pasan tapi udah dipuja-puji sama orang tuanya sedangkan saya yang bahkan pegang rekor IPK tertinggi jurusan gak sekalipun dibanggakan orang tua. Mereka hanya cukup tahu anaknya cerdas. Itu saja. It's okaay no problem. Saya sudah terbiasa dengan itu sejak kecil. Kebiasaan yang akhirnya membuat saya malas bermimpi terlalu tinggi. Toh,mama hanya mau putri tunggalnya meneruskan bisnisnya. Sederhana. Kontras dengan mimpi besarku 'mengutak-atik' ilmu pengetahuan. Atau pandanganku yg terlalu sempit? Entahlah.

Kembali ke impian. Kenapa kita takut kecewa ketika impian kita tidak terpenuhi? Kecewa adalah perasaan paling wajar yang dimiliki manusia. Siapa sih yang gak pernah kecewa? Tapi,kadang kita lupa untuk selalu melihat hal baik dibalik kekecewaan itu sendiri. Tuhan tuh cerdas secerdas-cerdasnya pencipta. Selalu ada hal baik yang DIA kirimkan di dalam hal-hal yang mungkin kita anggap buruk. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Kita semestinya belajar untuk menyadari itu setiap kali kecewa. Bukankah kita manusia hanya berencana dan Tuhan yang menentukan? Bukankah kita hanya menginginkan apa yang kita sukai dan Tuhan maha tahu apa yang kita butuhkan? Yaps. Kadang kita melupakan itu...

Jadi? Jangan takut untuk punya impian setinggi langit selagi ada niat yang menyertai untuk mewujudkannya. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Ketika kita bermimpi setinggi langit dan mengejarnya tapi gagal dan jatuh,bukankah kita sudah ada di tempat yang tinggi? Dan siapa yang tahu jika tempat itulah yang menjadi surga dunia yang selama ini kita cari. Yang terpenting Jangan Pernah menyerah. Jangan pernah berhenti berdoa. Karena selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa. Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha.

JANGAN TAKUT BERMIMPI. JANGAN PERNAH MENYERAH. HIDUP CUMA SATU KALI ^^

Ada sebuah potongan phoem menarik saya temukan di internet. Kira-kira seperti ini : Hidup adalah proses. Hidup adalah Belajar. Tanpa ada batas umur. Tanpa ada kata tua. Jatuh,berdiri lagi. Kalah,mencoba lagi. Gagal,bangkit lagi. NEVER GIVE UP. Sampai Tuhan berkata "waktunya pulang"...


Wassalam.