Pembaca Budiman

Senin, 23 Mei 2011

Antara aku, ketakutan mama, dan impian besarku

Assalamualaikum,
akhirnya sempat ngepost lagi... sebenarnya rutinitas akhir-akhir ini tak begitu sepadat biasanya, tetapi seminggu belakangan, mungkin dapat kukatakan SAAT-SAAT TERSULIT DALAM HIDUPKU...

sebelumnya, aku harus bersyukur terlebih dahulu. syukron ya Allah. telah meluluskanku dalam ujian nasional SMA... walaupun nilai bahasa inggrisku tak secemerlang saat SMP, tetapi matematika menjulang ke awan, dan itu tak tersentuh siapapun di sekolah :D
sejenak kebahagiaan itu merasuki, namun tak butuh waktu lama saat kegundahan besar mencekik batinku.. dan kali ini, lebih lebih dan lebih sakit. seperti mengiris urat nadiku. ketika aku melihat teman-temanku sibuk menyusun mimpi mereka. MAU KULIAH DIMANA? MAU AMBIL JURUSAN APA? sementara aku, hanya bisa terdiam. aku tahu betul kondisiku. satu-satunya yang kuharapkan hanyalah bebas tes di satu universitas negeri untuk bisa membuat mama mungkin sedikit membuka izinnya untuk membuatku kuliah. itu pun, harusnya aku tahu betul kemungkinanku kecil kalau melihat jurusan yang kupilih. yah, jurusan dengan jutaan peminat tapi hanya secuil kursi. aku tak mungkin sembarangan memilih, karena aku tak bisa main-main dalam pilihanku kali ini.

saat itu di hari kelulusan, aku mencoba menenangkan diriku sendiri. jalan dengan kakak Bucca yang selama ini selalu mampu menenangkanku, bersandar di bahu akai ataupun b bercanda dengan changcu. sedikit, sedikit membantu. rasa gundah itu coba kusimpan rapat-rapat.
hari kedua kelulusan, rasa gundah itu coba untuk kutepis. tapi tetap saja sepertinya kali ini nihil. entah memang itu firasat buruk atau apalah. malamnya, sedikit konflik dengan kakak Bucca membuat air mataku tiba-tiba menetes, perasaan apa ini? ini bukan manja. padahal satu jam lagi pengumuman bebas tes akan keluar. apakah ini pertanda? satu jam kemudian, dengan hati yang semakin tak tenang, ku beranikan diri melihat hasil bebas tes. dan benar saja, aku GAGAL! aku masih ingat betul bagaimana hari itu hatiku hancur lebih parah dari sebelumnya. lebih sakit dibandingkan ketika aku patah hati, lebih perih dibandingkan aku harus meninggalkan kota kendari, ataupun ketika aku melepaskan olimpiade.mungkin untuk sebagian orang itu hal biasa, iya hal biasa jika saja itu tak jadi penentu masa depanmu, kawan ! berbagai dukungan datang padaku dengan alasan itu justru membuatku muak. terutama dukungan dari teman-temanku, mereka dengan mudahnya mengatakan itu biasa. maaf kawan, kau tak tahu rasanya!
dukungan yang membuatku sedikit menahan air mataku datang dari saudara-saudara gooner baruku di AIS Makassar. mereka menghiburku dengan caranya masing-masing. kakak Annu dengan lelucon simlpenya, aztem dengan doanya, hingga kakak hitler dengan cilukbaanya yang tetap tak lepas dari sikap sok cool. aku akan mengingat jasa itu, teman ^_^
kakak Bucca saat itu tak mampu menenangkanku, akai pun begitu. Indra justru dengan sikap tegasnya membuatku berhenti menangis. katanya aku itu kuat, dia yakin aku pasti bisa melaluinya.
Hari ketiga kelulusan, aku mencoba bicara dengan mama. jelas saja, perih yang ku dengar.MAMA TETAP TAK MENGIZINKANKU KULIAH . Untuk pertama kalinya pun mama bicara panjang lebar tentang kasih sayangnya, ketakutannya dan perasaannya. bagaimana beliau terlalu menyayangiku, bagaimana beliau begitu takut kehilanganku, bagaimana beliau ingin menjagaku. aku tak bisa bicara banyak. tak banyak alasan yang bisa kukeluarkan karena kenyataan yang diungkapkan mama memang betul adanya. dan aku mengerti. apakah kalian ingin tahu? inilah kisah yang membuat mama sangat takut kehilanganku dengan berbagai alasan yang menurutku posesif dan kini sedikit membuatku sulit bernafas harus mengubur mimpiku kalau sampai tiga bulan kedepan mama tak memberiku izin untuk kuliah.

"25 tahun yang lalu, 

saat itu usia mama mungkin baru sekitar 20 tahun. mama sudah menikah dan punya seorang anak. dialah almarhum kakakku. anak pertama mama yang beliau lahirkan dengan penuh perjuangan. usia mama yang masih sangat muda saat melahirkannya (18 tahun) mungkin jadi salah satu faktor. di tambah lagi, aku pernah dengar cerita dari kakek, tentang bagaimana mama harus mati-matian bertahan untuk melahirkan kakak. harus terbaring lemah selama 3 bulan saat mengandungnya. mengapa? aku tak pernah tau alasannya sampai saat ini. sakit apa sebenarnya yang membuat mama tak berdaya saat itu. begitu kakak lahir, dia jadi anak kesayangan mama dan papa. jadi cucu pertama kakek dan nenekku sekaligus juga jadi cucu kesayangan. menurut cerita orang-orag, kakakku anak yang cerdas dan sangat aktif (kelebihan yang kini membuat mama berfikir suatu pertanda cepat kehilangan anaknya tercinta). kebahagiaan mungkin betul-betul lengkap untuk mama saat itu. kebahagiaan yang membuat orang-orang iri hingga memunculkan kisah memilukan dan keluar dari logika.
malam saat usia kakakku menginjak usia 2 tahun, mama diliputi kegundahan tak menentu. ternyata itulah firasat seorang ibu akan kehilangan anaknya. pukul 04.00 subuh, mama tahu detak jantung kakak berhenti dalam pelukannya. satu hari yang hingga saat ini betul-betul terukir jelas dalam ingatan beliau. nenek jadi satu-satunya orang yang bisa menenangkan beliau saat itu.tetapi, ternyata ujian tak berhenti di situ, 26 jam setelah kematian kakak, saat bendera putih baru saja diturunkan dari rumah mama, satu lagi orang yang paling dicintainya pergi meninggalkannya selamanya. nenek meninggal sehari setelah kematian kakak. siapapun mungkin bisa membayangkan betapa hancurnya hati mama saat itu. betapa rasa kehilangan begitu menyayat batinnya di usia yang begitu muda. kata papa, mama depresi sekitar 4bulan. bahkan selanjutnya pun selama beberapa tahun, mama masih terlarut dalam dukanya hingga mama dan papa memutuskan pindah ke kendari. sejak saat itu, mama tak pernah begitu betul-betul menerima orang lain, pintu hatinya memang dipenuhi rasa kemanusiaan tapi tidak untuk menyayangi. mama terlalu takut untuk kehilangan lagi. hingga 17 tahun yang lalu aku lahir. kasih sayang mama tercurah hanya untukku yang sejak kecil tak punya kesehatan sempurna seperti banyak orang. Multiple sclerosis sepertinya betah berada dalam diriku" 


kini, aku punya segudang mimpi untuk membahagiakan mama dan papa. dan aku tahu, caranya dengan belajar. sejak kecil aku punya prestasi akademis yang tak pernah diragukan sekalipun tanpa bimbingan luar dan orang tua. aku belajar sendiri. dengan caraku sendiri. tetapi, kali ini sepertinya aku harus berjuang mati-matian untuk meraihnya. karena aku satu-satunya yang dimiliki mama, akulah yang beliau jaga sepenuh hati. beliau tak pernah ingin aku merasakan kerasnya hidup yang membuatku hancur. meski sebenarnya saat ini aku hancur karena kasih sayang yang terlalu kuat itu.
aku pasrah. aku akan tetap berusaha dalam tiga bulan ini untuk meyakinkan mama agar memberiku izin kuliah. aku sudah memilih universitas terdekat, tersantai yang juga kucintai STMIK HANDAYANI. kuharap, tempat itu akan menjadi kampusku. namun, aku tahu aku memang tak boleh berharap. aku takut harapan itu semakain membunuhku saat aku tak dapat meraihnya.
sekarang, aku sedang belajar menyusun hatiku sedikit demi sedikit kembali. memupuk rasa berbesar hati dan ikhlas. walau tak bisa kupungkiri ada kalanya rasa cemburu mengamuk dibenakku melihat teman-temanku yang sibuk menata masa depannya yang pasti. tetapi, aku yakin, Allah sedang mengujiku dan menyiapkan yang terbaik untukku. aku hanya harus terus berusaha, berdoa dan bersabar,,,

keep istiqomah!

waasalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar