Pembaca Budiman

Sabtu, 25 Desember 2010

Aku kangen dirimu zobb(alay)

Aku kangen zobb, aku rindu, i miss you,,, pengen banget ngucapinnya, tapi bibirku rasanya kaku buat ngucapinnya,,, pengen ngirim sms, gengsiku ketinggian,takut ngeganggu apalgi kalo ngaak dibales,bikin sakit hati aja...

Kisah pelangi trkadang membuatku dengan tegar selalu menunggumu 'pulang' membawa bingkisan senyuman untukku,,, yah kisah itu punya pesan begini "untuk para pelangiku,jangan memaksaku bilang cinta dan sayang. Yakinlah aku cinta dan sayang untukmu"

aku,mencoba tetap bertahan jadi sahabat yang baik,mengingat pesan itu, Akai pasti menyayangiku,hanya saja saat ini sedang tak bisa menampakkan sayangnya,,,entah karena sedang sibuk,punya masalah atau sedang ingin sendiri... Aku yakin itu...
Sehari,dua hari,seminggu,sebulan bahkan berbulan-bulan aku nunggu, Akai gak juga kembali padaku... Dia justru semakin aneh... Mungkin ada perubahan baik, dia Selalu ingat memanggilku zobb lagi,selalu bertanya saat bad moodku terlihat,mulai menampakkan sosok ke-sokannya saat aku kalah dan selalu menepuk pundakku... Sesuatu yang harusnya membuatku bahagia,,, tapi entah kenapa,,, aku justru merindukannya yang dulu,,, entah yang seperti apa,,,

zobb,aku kangen kamu


tempatku berbagi cerita yang nyaman, orang yang selalu memberikan semangatnya,tapi tak jarang memarahiku,,,
zobb,

"sudahlah,aku lelah jadi pelangi yang indah bagimu tapi tak pernah bisa kau genggam,,,aku ingin kembali hujan yang selalu jatuh diatas rambutmu,membasahi setiap nafasmu,walau terkadang kau salahkan tapi selalu bisa kau genggam... Aku merindukanmu zobb"

Jumat, 10 Desember 2010

Satu jam saja

"Satu jam saja,kuingin diam berdua,mengenang yang pernah ada,,,"

semua tentangmu dan tentangku,
tentang kita yang takkan pernah bersatu,
tentang kehidupan yg bukan kuasa kita,
tentang cinta yang pernah ada dalam hati

bila suatu saat,,,
ada saaat,
hanya ada kau dan aku,
tak ada yang melarang,
tak ada yang memisahkan,
tak ada yang menentang,
hanya ada kau dan aku


     

Kamis, 02 Desember 2010

kisah teladan Atha Bin Abi Rabah

huuuh, lama nggak posting, jadi kasian sama blogku sayang, jadi untuk sekedar meramaikan,,,yuuk baca satu kisah teladan tentang Atha Bin Abi Rabah
happy reading :)

“Saya tidak melihat orang yang mencari ilmu karena Allah, kecuali tiga orang yakni: ‘Atha’, Thawus, dan Mujahid.” Salamah bin Kuhail.

Tersebutlah, Sulaiman bin Abdul Malik, seorang Khalifah kaum muslimin dan salah seorang raja agung yang pernah bertahta di muka bumi sedang berthawaf di sekeliling Ka’bah dengan kepala terbuka dan bertelanjang kaki. Dia hanya mengenakan kain sarung dan selendang. Kondisinya kala itu sama seperti saudara-saudaranya fillah yang menjadi rakyat jelata. Sementara di belakangnya ada dua orang putranya, keduanya adalah dua anak muda yang keceriaan wajahnya bagaikan bulan purnama dan wangi dan kilauannya ibarat bunga yang sedang mekar.


Begitu khalifah menyelesaikan thawafnya, beliau menengok ke arah salah seorang pengawalnya sembari berkata,
“Di mana sahabatmu?.”
Orang itu menjawab, “Dia di sana sedang shalat”, Sambil menunjuk ke pojok Barat Masjid Al-Haram. Lalu Khalifah dengan diikuti kedua putranya menuju tempat yang ditunjuk oleh pengawal tersebut.

Para pengawal pribadinya ingin mengikuti khalifah guna melebarkan jalan bagi dan melindunginya dari suasana berdesak-desakan. Akan tetapi Khalifah melarang mereka melakukan hal itu sembari berkata,
“Para raja dan rakyat jelata sama kedudukannya di tempat ini. Tidak seorang pun yang lebih mulia dari orang lain, kecuali berdasarkan penerimaan (terhadap amalnya) dan ketakwaan. Boleh jadi ada orang yang kusut dan lusuh berdebu datang kepada Allah, lalu Allah menerima ibadahnya dan pada saat yang sama, para raja tidak diterima oleh-Nya.

Kemudian Khalifah berjalan menuju orang tersebut, lalu dia mendapatinya masih melaksanakan shalat, khusyu’ di dalam ruku’ dan sujudnya. Sedangkan orang-orang duduk di belakang, di sebelah kanan dan kirinya, lalu Khalifah duduk di barisan paling belakang dari majlis tersebut dan mendudukkan kedua anaknya di situ.
Mulailah dua anak muda Quraisy ini mengamati laki-laki yang dituju Amirul mu’minin (bapak mereka) dan duduk bersama orang-orang awam lainnya; menunggunya hingga selesai dari shalatnya.

Ternyata orang itu adalah seorang tua yang berasal dari Habasyah, berkulit hitam, berambut keriting lebat dan pesek hidungnya. Jika dia duduk tampak bagaikan gagak hitam.

Ketika orang itu telah selesai dari shalatnya, dia menoleh ke arah dimana Khalifah berada. Lalu Sulaiman bin Abdul Malik, sang khalifah memberi salam dan orang itu membalasnya.

Saat itulah Khalifah menyongsongnya dan bertanya tentang manasik haji, dari satu hal ke hal lainnya, dan orang itu menjawab setiap pertanyaan dengan jawaban yang tuntas dan memerincinya sehingga tidak memberikan kesempatan lagi bagi si penanya untuk bertanya lagi. Dan dia juga menisbahkan setiap perkataan yang diucapkannya kepada sabda Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam.

Ketika Khalifah telah selesai mengajukan pertanyaannya, beliau mengucapkan, “Mudah-mudahan Allah membalas anda dengan kebaikan,” dan beliau berkata kepada kedua putranya, “Berdirilah,” lalu keduanya berdiri… Kemudian mereka bertiga berlalu menuju tempat sa’i.

Ketika mereka bertiga di pertengahan jalan menuju tempat sa’i, antara Shafa dan Marwa, kedua anak muda itu mendengar ada orang-orang yang berseru,
“Wahai kaum muslimin, siapapun tidak boleh memberi fatwa kepada orang-orang di tempat ini, kecuali ‘Atha’ bin Abi Rabah. Dan jika dia tidak ada, maka Abdullah bin Abi Nujaih.

Maka salah satu dari kedua anak muda itu menoleh kepada ayahnya seraya berkata,
“Bagaimana mungkin pegawai Amirul mu’minin bisa menyuruh orang-orang supaya tidak meminta fatwa kepada siapapun selain kepada ‘Atha’ bin Abi Rabah dan sahabatnya kemudian kita telah datang meminta fatwa kepada orang ini?… seorang yang tidak peduli terhadap kehadiran Khalifah dan tidak memberikan penghormatan yang layak terhadapnya?.”

Maka Sulaiman berkata kepada putranya,
“Orang yang telah kamu lihat -wahai anakku- dan yang kamu lihat kita tunduk di depannya inilah ‘Atha’ bin Abi Rabah, pemilik fatwa di Masjid Haram dan pewaris Abdullah bin Abbas di dalam kedudukan yang besar ini.”
Kemudian Khalifah melanjutkan perkataannya,
“Wahai anakku, belajarlah ilmu, karena dengan ilmu orang rendah akan menjadi mulia, orang yang malas akan menjadi pintar dan budak-budak akan melebihi derajat raja.”

Perkataan Sulaiman bin Abdul Malik kepada putranya tentang masalah ilmu tidaklah berlebihan. Karena ‘Atha’ bin Abi Rabah pada masa kecilnya adalah hamba sahaya milik seorang perempuan penduduk Mekkah. Akan tetapi, Allah ‘Azza wa Jalla memuliakan budak Habasyah ini, dengan meletakkan kedua kakinya semenjak kecil di jalan ilmu. Dia membagi waktunya menjadi tiga bagian: Satu bagian untuk majikan perempuannya, mengabdi kepadanya dengan sebaik-baik pengabdian dan memberikan hak-haknya dengan sempurna. Dan satu bagian dia jadikan untuk Tuhannya. Waktu ini dia gunakan untuk beribadah dengan sepenuh-penuhnya, sebaik-baiknya dan seikhlas-ikhlasnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan satu bagian lagi dia jadikan untuk mencari ilmu. Dia banyak berguru kepada sahabat-sahabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam yang masih hidup, dan menyerap ilmu-ilmu mereka yang banyak dan murni.

Dia berguru kepada Abu Hurairah, ‘Abdullah bin Umar, ‘Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Az-Zubair dan sahabat-sahabat mulia lainnya radliyallâhu ‘anhum, sehingga hatinya dipenuhi ilmu, fiqih dan riwayat dari Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam.
Ketika Majikan perempuannya melihat bahwa budaknya telah menjual jiwanya kepada Allah dan mewakafkan hidupnya untuk mencari ilmu, maka dia melepaskan haknya terhadap ‘Atha’, kemudian memerdekakannya sebagai bentuk taqarrub kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Mudah-mudah Allah menjadikannya bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.

Semenjak hari itu, ‘Atha’ bin Abi Rabah menjadikan Baitul Haram sebagai tempat tinggalnya, sebagai rumahnya, tempat dia berteduh dan sebagai sekolahan yang dia belajar di dalamnya, sebagai tempat shalat yang dia bertaqarrub kepada Allah dengan penuh ketakwaan dan keta’atan. Hal ini membuat ahli sejarah berkata, “Masjid Haram menjadi tempat tinggal ‘Atha’ bin Abi Rabah kurang lebih dua puluh tahun.”

Seorang tabi’i yang mulia ‘Atha’ bin Abi Rabah ini telah sampai kepada kedudukan yang sangat tinggi di dalam bidang ilmu dan sampai kepada derajat yang tidak dicapai, kecuali oleh beberapa orang semasanya.

Telah diriwayatkan bahwa ‘Abdullah bin Umar sedang menuju ke Mekkah untuk beribadah umrah. Lalu orang-orang menemuinya untuk bertanya dan meminta fatwa, maka ‘Abdullah berkata, “Sesungguhnya saya sangat heran kepada kalian, wahai penduduk Makkah, mengapa kamu mengerumuniku untuk menanyakan suatu permasalahan, sedangkan di tengah-tengah kalian sudah ada ‘Atha’ bin Abi Rabah?!.”
‘Atha’ bin Abi Rabah telah sampai kepada derajat agama dan ilmu dengan dua sifat:

Pertama, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas jiwanya. Dia tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk bersenang-senang dengan sesuatu yang tidak berguna.

Kedua, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas waktunya. Dia tidak membiarkannya hanyut di dalam perkataan dan perbuatan yang melebihi keperluan.
Muhammad bin Suqah bercerita kepada pengunjungnya, “Maukah kamu mendengar suatu ucapan, barangkali ucapan ini dapat memberi manfaat kepadamu, sebagaimana ia telah memberi manfaat kepadaku?.”
Mereka berkata, “Baik.”

Dia berkata, “Pada suatu hari, ‘Atha’ bin Abi Rabah menasehatiku, Dia berkata, ‘Wahai keponakanku, Sesungguhnya orang-orang sebelum kami dahulu tidak menyukai perkataan yang sia-sia.” Lalu aku berkata, ‘Dan apa perkataan yang sia-sia menurut mereka?’ ‘Atha’ berkata, ‘Dahulu mereka menganggap setiap perkataan yang bukan membaca atau memahami Kitab Allah ‘Azza wa Jalla sebagai perkataan sia-sia. Demikian pula dengan bukan meriwayatkan dan mengaji hadits Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam atau menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar atau ilmu yang dapat dibuat taqarrub kepada Allah Ta’ala atau kamu berbicara tentang kebutuhanmu dan ma’isyahmu yang harus dibicarakan Kemudian dia mengarahkan pandangannya kepadaku dan berkata, Apakah kamu mengingkari “sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) ” (Al-Infithar, ayat: 10)
Dan bersama setiap kamu ada dua malaikat “Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir “(Qaaf, ayat: 17-18).

Kemudian dia berkata, “Apakah salah seorang di antara kita tidak malu, jika buku catatannya yang dia penuhi awal siangnya dibuka di depannya, lalu dia menemukannya apa yang tertulis di dalamnya bukan urusan agamanya dan bukan urusan dunianya.”

Allah Azza wa Jalla benar-benar menjadikan ilmu ‘Atha’ bin Abi Rabah bermanfaat bagi banyak golongan manusia. Di antara mereka ada orang-orang yang khusus ahli ilmu dan ada orang-orang pekerja dan lain-lainnya.

Imam Abu Hanifah An-Nu’man bercerita tentang dirinya. Dia berkata: Aku telah berbuat kesalahan dalam lima bab dari manasik haji di Makkah, lalu tukang cukur mengajariku…yaitu bahwa aku ingin mencuckur rambutku supaya aku keluar dari ihram, lalu aku sewaktu hendak cukur, aku berkata, “Dengan bayaran berapa anda mencukur rambutku?”

Maka tukang cukur itu menjawab:Mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada anda. Ibadah tidak disyaratkan dengan bayaran, duduklah dan berikan sekedar kerelaan.” Maka aku merasa malu dan aku duduk, namun aku duduk dalam keadaan berpaling dari arah kiblat.
Lalu tukang cukur itu menoleh ke arahku supaya aku menghadap kiblat, dan aku menurutinya, dan aku semakin grogi.

Kemudian aku menyilakannya supaya dia mencukur kepalaku sebelah kiri, tetapi, dia berkata, “Berikan bagian kanan kepala anda, lalu aku berputar. Dan mulailah dia mencukur kepalaku, sedangkan aku terdiam sambil melihatnya dan merasa kagum kepadanya. Lalu dia berkata kepadaku, “Kenapa anda diam? Bertakbirlah.” Lalu aku bertakbir, sehingga aku berdiri untuk siap-siap pergi. Lalu dia berkata: Ke mana anda akan pergi? Maka aku menjawab, “Aku akan menuju kendaraanku.” Lalu dia berkata, shalatlah dua rakaat, kemudian pergilah kemana anda suka.” Lalu aku shalat dua rakaat dan aku berkata di dalam hati, “Seorang tukang cukur tidak akan berbuat seperti ini, kecuali dia adalah orang yang berilmu.” Maka aku berkata kepadanya: Dari mana anda dapatkan manasik yang anda perintahkan kepadaku ini?
Maka dia berkata: Demi Allah, Aku telah melihat ‘Atha’ bin Abi Rabah melakukannya lalu aku mengikutinya dan aku mengarahkan orang lain kepadanya.
Dunia telah berdatangan kepada ‘Atha’ bin Abi Rabah namun dia berpaling dan menolaknya dengan keras Dia hidup sepanjang umurnya hanya dengan mengenakan baju yang harganya tidak melebihi lima dirham.

Para khalifah telah mengundangnya supaya dia menemani mereka. Akan tetapi bukan dia tidak memenuhi ajakan mereka, karena mengkhawatirkan agamanya daripada dunianya; akan tetapi disamping itu dia datang kepada mereka jika dalam kedatangannya ada manfaat bagi kaum muslimin atau ada kebaikan untuk Islam. Di antaranya seperti yang diceritakan oleh Utsman bin ‘Atha’ Al-Khurasani, dia berkata, “Aku di dalam suatu perjalanan bersama ayahku, kami ingin berkunjung kepada Hisyam bin Abdul Malik. Ketika kami telah berjalan mendekati Damaskus, tiba-tiba kami melihat orang tua di atas Himar hitam, dengan mengenakan baju jelek dan kasar jahitannya. serta memakai jubah lusuh dan berpeci. Tempat duduknya terbuat dari kayu, maka aku tertawakan dia dan aku berkata kepada ayah, “Siapa ini?” Maka ayah berkata, “Diam, ini adalah penghulu ahli fiqih penduduk Hijaz ‘Atha’ bin Abi Rabah.” Ketika orang itu telah dekat dengan kami, ayah turun dari keledainya.

Orang itu juga turun dari himarnya, lalu keduanya berpelukan dan saling menyapa. Kemudian keduanya kembali menaiki kendaraannya, sehingga keduanya berhenti di pintu istana Hisyam bin Abdul Malik. Ketika keduanya telah duduk dengan tenang, keduanya dipersilakan masuk. Ketika ayah telah ke luar, aku berkata kepadanya, Ceritakanlah kepadaku; tentang apa yang anda berdua lakukan, maka ayah berkata, “Ketika Hisyam mengetahui bahwa ‘Atha’ bin Abi Rabah berada di depan pintu, beliau segera mempersilakannya masuk- dan demi Allah, aku tidak bisa masuk, kecuali karena sebab dia, dan ketika Hisyam melihatnya, beliau berkata, Selamat datang, selamat datang. Kemari, kemari, dan terus beliau berkata kepadanya, Kemari, kemari, sehingga beliau mempersilakan duduk bersamanya di atas permadaninya, dan menyentuhkan lututnya dengan lututnya.” Dan di antara orang-orang yang duduk adalah orang-orang besar, dan tadinya mereka berbincang-bincang lalu mereka terdiam. Kemudian Hisyam menghadap kepadanya dan berkata, “Apa keperluan anda wahai Abu Muhammad?” ‘Atha’ berkata, “Wahai Amirul Mu’minin; Penduduk Haramain (Makkah dan Madinah) adalah penduduk Allah dan tetangga Rasul-Nya, berikanlah kepada mereka rizki-rizki dan pemberian-pemberian. Maka Hisyam menjawab, “Baik, Wahai ajudan; Tulislah untuk penduduk Makkah dan Madinah pemberian-pemberian dan rizki-rizki mereka untuk waktu satu tahun.

Kemudian Hisyam berkata, Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?.” ‘Atha’ berkata, “Ya wahai Amirul mu’minin, penduduk Hijaz dan penduduk Najd adalah inti arab dan pemuka Islam, maka berikanlah kepada mereka kelebihan sedekah mereka.” Maka Hisyam berkata, “Baik, wahai ajudan, Tulislah, bahwa kelebihan sedekah mereka dikembalikan kepada mereka.”
“Apakah ada keperluan lain selain itu wahai Abu Muhammad?” Ya wahai Amirul mu’minin, Kaum muslimin yang menjaga di perbatasan, mereka berdiri di depan musuh-musuh anda, dan mereka akan membunuh setiap orang yang berbuat jahat kepada kaum muslimin, maka berikanlah sebagian rizki kepada mereka, karena kalau mereka mati, maka perbatasan akan hilang.”

Maka Hisyam berkata, “Baik, wahai ajudan, tulislah, supaya dikirim rizki kepada mereka.” “Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?”
‘Atha’ berkata, “Ya, wahai Amirul mu’minin; Orang-orang kafir dzimmi supaya tidak dibebani dengan apa yang mereka tidak mampu, karena apa yang anda tarik dari mereka adalah merupakan bantuan untuk anda atas musuh anda.”
Maka Hisyam berkata, “Wahai ajudan tulislah untuk orang-orang kafir dzimmi, supaya mereka tidak dibebani dengan sesuatu yang mereka tidak mampu.”
“Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?
‘Atha’ berkata, Ya, Bertakwalah kepada Allah di dalam diri anda wahai Amirul mu’minin, dan ketahuilah bahwa anda diciptakan di dalam keadaan sendiri. dan anda akan mati didalam keadaan sendiri…dan anda akan dibangkitkan di dalam keadaan sendiri dan anda akan dihisab dalam keadaan sendiri dan demi Allah tidak seorang pun dari orang yang anda lihat bersama anda.”
Maka Hisyam menyungkurkan wajahnya ke tanah dan menangis, lalu ‘Atha’ berdiri dan aku berdiri bersamnya.

Dan ketika kami telah sampai ke pintu, ternyata ada seseorang yang mengikuti ‘Atha’ dengan membawa kantong, dan aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya, dan orang itu berkata kepadanya, “Sesungguhnya Amirul mu’minin mengirim ini kepada anda.” Maka ‘Atha’ berkata, “Maaf aku tidak akan menerima ini.”
“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam ” (Asy-Syuara’, ayat:109)
Demi Allah, Sesungguhnya ‘Atha’ menemui Khalifah dan keluar dari sisinya tanpa meminum setetes air pun.

Selanjutnya ‘Atha’ bin Abi Rabah dikaruniai umur panjang hingga seratus tahun. Umur itu dia penuhi dengan ilmu, amal, kebaikan dan takwa.
Dan dia membersihkannya dengan zuhud dari kekayaan yang ada di tangan manusia dan sangat mengharap ganjaran yang ada di sisi Allah.
Ketika dia wafat, dia di dalam keadaan ringan dari beban dunia. Banyak berbekal dengan amal akhirat. Selain itu, Dia melakukan ibadah haji sebanyak tujuh puluh kali, beliau melakukan di dalammya 70 kali wukuf di arafah.
Di sana dia memohon kepada Allah keridlaan-Nya dan surga-Nya.
Dan memohon perlindungan kepada-Nya dari murka-Nya dan dari neraka-Nya.

BILA ALQURAN BISA BICARA

Allah SWT berfirman:Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (Al-Quran Surat Al-Furqan,25:30)



Saudaraku, seandainya Al-Quran bisa ngomong, dia akan berbicara:


“Waktu Engkau masih kanak-kanak, Kau laksana kawan sejatiku



Dengan wudu' aku Kau sentuh dalam keadaan suci



Aku Kau pegang, Kau junjung dan Kau pelajari



Aku Engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari



Setelah usai Engkaupun selalu menciumku mesra




Sekarang Engkau telah dewasa...



Nampaknya Kau sudah tak berminat lagi padaku...



Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...



Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu



Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?



Sekarang aku Engkau simpan rapi sekali hingga kadang Engkau lupa dimana menyimpannya



Aku sudah Engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu



Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar Engkau dianggap bertaqwa



Atau aku Kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan



Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian



Di atas lemari, di dalam laci, aku Engkau pendamkan.



Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku Engkau baca beberapa halaman



Sore harinya aku Kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....



Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...Engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV



Waktu senggang..Engkau sempatkan membaca buku karangan manusia



Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.



Engkau campakkan, Engkau abaikan dan Engkau lupakan...



Waktu berangkat kerjapun kadang Engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)



Diperjalanan Engkau lebih asyik menikmati musik duniawi



Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu



Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu



Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku



Di meja kerjamu tidak ada aku untuk Kau baca sebelum Kau mulai kerja



Di Komputermu pun Kau putar musik favoritmu



Jarang sekali Engkau putar ayat-ayatku melantun



E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang Kau abaikan



Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu



Benarlah dugaanku bahwa Engkau kini sudah benar-benar melupakanku



Bila malam tiba Engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV



Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga



Di depan komputer berjam-jam Engkau betah duduk



Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah



Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari



Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu



Seingatku hanya awal Ramadhan Engkau membacaku kembali


Itupun hanya beberapa lembar dariku



Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu



Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.



Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ?



Bila Engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba



Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhan-Nya



Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku Engkau dapat selamat melaluinya.



Sekarang Engkau begitu enteng membuang waktumu...



Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...



Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..



Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu



Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.



Bila aku Engkau baca selalu dan Engkau hayati...



Di kuburmu nanti....Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan



Yang akan membantu Engkau membela diri



Bukan koran yang Engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat



Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu



Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu



Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari



Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci



Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui



Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.



Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...



Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu



Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu



Agar Engkau senantiasa mengingat Tuhanmu



Sentuhilah aku kembali...



Baca dan pelajari lagi aku....



Setiap datangnya pagi dan sore hari



Seperti dulu....dulu sekali...



Waktu Engkau masih kecil , lugu dan polos...



Di surau kecil kampungmu yang damai



Jangan aku Engkau biarkan sendiri....



Dalam bisu dan sepi....



Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”





Allah berfirman:“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” ( Al-Quran Surat Al-Isra’,17:09)



Rasulullah Saw bersabda:“Bacalah Al Quran …sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat (pembela) bagi pembacanya” (HR.Muslim)



“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dan kebaikan berlipat sepuluh kali”(HR.At Tirmidzi)

we are teenagers

We are teenagers

Kamilah remaja
Kamilah kaum muda
Kenalkah kalian?


Kamilah pemilik harapan setinggi langit
Yang mereka anggap angan-angan bualan
Kamilah

Kami bukan lagi si bocah pemilik kemanjaan
Kami juga belum jadi si dewasa pemilik keputusan
Kami masih terbawa ombak
Tak tahu akan kemana

Kamilah gudang aspirasi terpendam
Yang kalian anggap si penentang
Tak mau berjalan dari timur ke barat
Mencari jalan berliku dan kasar

Kamilah remaja
Makhluk transisi yang sering tak punya ruang
Kamilah remaja
Pencari jati diri di masa yang garang